Sebagai wanita pasti senang rumpi kan? Atau kalau punya
masalah pasti curhat ke teman atau saudara wanita. Meski sekarang sudah punya
pasangan hidup, tetap saja curhat ke sesama wanita memang lebih nyaman.
Beberapa kali dengar curhat teman-teman wanita soal
rutinitas mengurus rumah tangga. Kebetulan teman-teman di kantor banyak yang
usia pernikahannya tidak terpaut jauh, seenggaknya masih merasakan, repotnya
mengurus buah hati yang masih kecil, lebih repot lagi kalau masih punya bayi.
Seorang teman wanita sebut saja namanya M, merasakan gagal
memberikan ASI ekslusif untuk anak pertamanya. Untuk anak yang kedua, dia ingin
bisa memberi ASI ekslusif. Saya yang pro ASI berusaha mensupport dengan menjelaskan manajemen ASI perah (ASIP) dan meminjamkan
botol-botol ASIP yang tidak terpakai.
Namun berbagai kendala rupanya membuat M memilih untuk
memberikan sufor selama ditinggal kerja. Di usia 1 bulan, bayinya terkena
kuning. Dia mencoba memerah, namun hasilnya masih sedkit dan rupanya manajemen
memerahnya pun belum tepat. Sementara suaminya juga khawatir dengan kondisi
anaknya sehingga memberi saran untuk dibantu dengan sufor.
Seorang teman pria sebut saja namanya A sering bertanya
tentang manjemen ASI perah. Istrinya baru melahirkan dan mereka berdua tertarik
untuk tetap memberikan ASI tanpa bantuan sufor. Support yang diberikan si A sangat baik. Dia mau mencarikan botol
ASIP, cooler bag bahkan media
pemberian ASIP cupfeeder. Hebatnya
lagi, dia tidak malu meminjam kulkas di kantor yang sering tidak terpakainya
untuk menyimpan ASIP di bagian freezer.
Saya salut sekali dengan si A. Melalui ceritanya, saya dan
teman-teman menangkap bahwa dia mau berbagi tugas dengan istrinya. A bahkan mau
menggantikan dan mencucikan popok, ketika bayinya selesai menyusui dan masih
rewel, dia bersedia menidurkan. Ketika istrinya memerah di tengah malam, dia
juga bersedia menemani.
Seyogyanya menikah itu berbagi tugas rumah tangga. Tidak
jamannya lagi tugas suami hanya memberi nafkah keluarga dan kemudian
menyerahkan semua tugas rumah tangga kepada istrinya. Mengurus rumah tangga itu
bukan kodrat wanita, yang kodrat wanita adalah mengandung, melahirkan dan
menyusui. Tugas memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah serta
menggantikan popok tentu bisa juga dilakukan suami.
Komitmen saya sejak awal menikah adalah berbagi. Saya tidak
mencari suami yang kaya, yang materinya berkelimpahan. Suami kriteria saya
adalah yang mau berbagi tugas rumah tangga. Yang bersedia menyetrika baju,
karena itu pekerjaan yang paling menyebalkan bagi saya. Menggantikan memasak
karena saya masih mengurus Fatih. Tidak sungkan membersihkan rumah dan mencuci
piring. Kalau pintar cari uang kan memang tugas utamanya suami..hihihi…
Saya dan suami tentunya masih terus belajar untuk berbagi,
agar Fatih dan calon adiknya *entah kapan*pun tumbuh berkembang menjadi
individu yang bebas gender dan mampu berbagi dengan pasangannya.
idem mak saya juga paling malas kalau setrika , jadi pengen pny suami yang bs diajak berbagi boleh juga tuyang pinter masak like a koki junoo hahaha
BalasHapusberbagi dalam banyak hal,termasuk masak,kebetulan suamiku suka masak soalnya hahaha
BalasHapussuami ku gak bisa masak tapi beliau sigap banget bantu aku di dapur terutama klo lagi weekend ^_^ ehehhee
BalasHapusmenikah itu saling berbagi dan menerima
BalasHapus