( gambar search google)
Yippie, semalam akhirnya saya siaran lagi. Mumpung masih hangat dan
ini siaran perdana setelah absen selama 2,5 tahun, saya mau cerita sedikit
tentang siaran tadi malam.
Saya mengambil tema tentang menyiapkan masa depan. Biasanya
saya menyiapkan bahan siaran berupa tulisan berisi hal-hal yang nanti akan
disampaikan. Namun karena siaran kali ini mendadak, setengah dipaksa pak Dekan,
saya baru menemukan tema menjelang sore, dan menyiapkan coret-coretan di tengah
siaran berlangsung.
Tema siaran tadi malam, terinspirasi dari beberapa curhat
teman muda *biasanya etika psikologi menyebut klien*. Isi curhatnya, mereka
menyesal ketika masa sekolah, saat memiliki tugas untuk menimba ilmu, tidak
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Akhirnya nilai ijazah sangat minim dan mereka pun
tidak memiliki skill untuk
berwiraswasta, sebagai salah satu alternatif untuk tidak menggunakan ijazah
sebagai salah satu alat mencari kerja.
Dalam siaran, saya menyampaikan bahwa kita seharusnya
memiliki rencana ke depan, untuk setahun, 5 tahun, 10 tahun ke depan. Untuk
menyiapkan masa depan, kita harus mencari informasi dan ilmu sebanyak dan
seluas mungkin, yang membantu kita untuk menentukan langkah-langkah kecil
selanjutnya untuk mewujudkan masa depan.
Seperti biasa, penyiar akan membuka kesempatan pendengar
untuk bertanya melalui sms atau langsung menelpon. Rupanya para pendengar tidak
hanya kalangan remaja, ada juga seorang ibu yang ikut memberikan pertanyaan
melalui sms.
Beberapa pertanyaan itu antara lain, bolehkah saya
merencakan pernikahan di masa SMA, apakah perlu kuliah, bagaimana mendapatkan
pasangan yang baik dan apa rencana saya terhadap anak saya dan masih ada lagi, cuma
karena faktor lupa tidak saya sebutkan …hihihi.
Jawaban saya kemudian, tidak ada salahnya memikirkan
pernikahan, yang perlu dipersiapkan adalah kematangan untuk melaksanakan
pernikahan. Artinya bukan hanya soal menjalin hubungan dengan lawan jenis,
tetapi lebih kesiapan fisik dan psikis. Saya menceritakan kisah anak ibu Peni
yang sudah memiliki rancangan akan menikah di usia berapa dan berusaha
menyiapkan sebuah usaha yang bisa dijalankan dari rumah.
Untuk masalah perlu tidaknya kuliah, saya kembalikan lagi
pada tujuan ke depannya, sehingga perlu tidaknya kuliah sangat bergantung dari
individu dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Berkaitan dengan pasangan hidup yang baik, tidak ada
pasangan yang sempurna. Yang ada saling melengkapi. Meminjam istilah Mario Teguh,
bila kita mampu meninggikan nilai dalam diri, maka kita akan mudah juga mencari
pasangan dengan nilai yang sepadan.
Terakhir mengenai rencana saya untuk Fatih. Saya hanya ingin
Fatih tumbuh dan berkembang dengan baik. Ke depannya dia akan memiliki profesi
apa atau memilih pasangan seperti apa, saya serahkan pilihan kepada Fatih. Hal
yang pertama saya lakukan untuk tumbuh kembang Fatih adalah memberikan ASI
meskipun saya wanita bekerja *sekalian mengedukASI hihihi..
wah, siaran di radio mana mak..? :)
BalasHapusjadi inget jaman SMP-SMA, saban hari on air bisa ampe 3-5 jam. tapi sekarang juga sudah off dari dunia kepenyiaran. kapan ya bisa siaran lagi.. #mikir
BalasHapusbagi saya, penyiar radio itu keren lhooo
BalasHapusdulu sempet pengen jadi penyiar, tapi gak ada yang dukung.
akhirnya cuma bisa dengerin radio deh . . .
^_^