Selamat pagi ibu-ibu muda dan calon ibu!. Masih menunggu
cerita perjuangan menyusui? Hihihi *berasa artis.
Cerita menyusui memang saya bagi menjadi 4. Perjuangan 2
tahun, mana bisa diceritakan hanya dengan 1-2 halaman. Ini saja, banyak yang
tidak diceritakan. Saya hanya menceritakan hal-hal yang mungkin akan dialami
dan dirasakan oleh ibu-ibu yang lain.
Sepulang dari rumah sakit, perjuangan saya masih cukup
berat. Fatih belum mau disusui, ia menangis dengan kencang sehingga terpaksa
kami masih memberikan sufor yang dibeli sejak di rumah sakit.
Hati saya remuk redam. Setiap kali mencoba disusui, Fatih
lebih sering menangis, mungkin dia lapar, sementara dia dan saya belum mahir
dengan proses menyusui.
Saya berupaya untuk menjaga produksi ASI dengan mengompres,
memijat dan memerah. Hasil perahan, saya masukkan botol dan diberikan ke Fatih.
Bila suami di rumah, maka suami yang memberikan susu buat Fatih. Saya sebisa
mungkin tidak memberikan susu buat Fatih, saya sakit hati sama botol, kok ya
Fatih lebih memilih botol dari pada saya.
Semua gaya saya coba untuk menyusui Fatih, saya tidak
perduli lagi dengan kondisi tubuh saya pasca caesar. Seringkali suami yang
mengingatkan saya untuk berhati-hati dan beristirahat.
“Mama, tidur. Jangan memerah trus” atau “Kok merahnya sampai
nafasnya ngos-ngosan?” atau “Mama, kakinya tidak boleh di tekuk. Awas nanti
jahitannya bermasalah” dan masih banyak lagi.
Saya jadi tambah stres. Puncaknya akhirnya saya marah dan
menangis dengan larangan-larangan suami.
“Ayah, cukup. Biarkan Mama berbuat apa saja, yang penting
usaha Mama untuk membuat Fatih mau disusui Mama. Mama stress, kalau Ayah
melarang-larang trus. Kalau ibu lain mungkin setelah melahirkan ada yang baby blue syndrome , Mama malah kena husband blue syndrome” dengan suara
keras dan linangan air mata.
Soal baby blue
syndrome, beberapa teman saya merasakannya. Apa sih baby blue syndrome? Dan apa yang dirasakan teman-teman saya?. Kapan-kapan
lah akan saya bahas nanti hehehe. Nah, kalau husband blue syndrome, saya ngarang abis, saking jengkelnya dengan larangan suami.
Selama hamil saya sudah bergabung di AIMI (Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia). Saya menimba ilmu di sana tentang menyusui dan tumbuh
kembang anak. Dukungan juga saya dapatkan dari anggota AIMI lain, termasuk
permasalahan menyusui.
Saya sudah cukup banyak membaca kasus kesulitan menyusui
dari anggota AIMI lain. Selama mencoba menyusui Fatih, saya juga membaca
file-file di AIMI. File dan gambar perlekatan
yang benar, saya hafalkan hingga di luar kepala.
Sumber klik di sini
Gambar di atas adalah contoh perlekatan yang benar dan
perlekatan yang salah saat bayi menyusui. Intinya adalah :
- Dagu bayi menempel pada payudara ibu
- Mulut bayi terbuka lebar
- Bibir bawah membuka
- Mulut bayi menutupi areola atau daerah hitam, sehingga tidak hanya putting saja yang masuk ke mulut bayi.
Bagaimana prakteknya? Ternyata tidak mudah. Berulangkali
saya mencoba perlekatran yang benar, namun seringkali puting terlepas dari
mulut Fatih dan saya harus mengulang dari awal lagi, sementara Fatih sudah
kelaparan.
Saya menjadi kesulitan menyusui, karena puting saya terlepas
dari mulut Fatih, atau Fatih melekatkan lidahnya ke langit-langit sehingga putting
saya berada di lidahnya. Seringkali juga Fatih membuka mulut kurang lebar,
sehingga putting saya yang lemas tidak seperti dot yang agak kaku terlepas
lagi.
Teknik yang saya coba adalah, saya meletakkan jari di bawah puting
untuk membantu memasukkan puting di atas lidah dan di bawah langit-langit. Saya juga sambil sounding dengan Fatih, “Mas, ayo buka mulut yang lebar. Fatih kan
anak mama, mimiknya ya sama mama, jangan mau sufor. Kita belajar bersama ya Nak”.
Kadang-kadang Fatih mau ngenyot sebentar, namun terlepas
lagi. Begitu pun saya sudah senang sekali, setidaknya sudah ada kemajuan. Meski
tenaga saya terkuras habis dengan upaya menyusui dan merawat Fatih, namun
akhirnya semua terbayar.
Di hari ke 11, Fatih mau menyusui selama 1 sesi, hingga ia
kenyang. Aaaahh, bahagianya saya sebagai ibu. Berasa keberadaan saya diterima
oleh anak. Saya kemudian memutuskan untuk full
menyusui Fatih dan meninggalkan sufor, padahal suami sudah membelikan 1
kotak untuk persediaan. Harganya lumayan juga 100 ribu hehehe. Ah, biarlah rugi
dikit.
Selanjutnya, berjalan lancar dan bahagia terus kah, setelah
bisa mengenyahkan sufor?Nantikan cerita selanjutnya ya..:D
ditunggu lanjutannya...mak satu ini kayak sinetron aja ....biar pembaca penasaran ya...
BalasHapusHehehe..Mang ceritanya panjang Mak. Jadi nulisnya dicicil,
HapusAku dulu nggak lama ngasih ASI utk 2 anakku karena sakit. Alhamdulillah dua2nya sekarang sehat :)
BalasHapusIya Mbak Lusi. Perjuangan seorang ibu tidak terbatas hanya menyusui :). Terima kasih sudah mampir
Hapus