Saya termasuk orang yang sering bermimpi. Hampir setiap malam,
saya bermimpi. Mimpi yang dialami pun ada beberapa yang unik. Saya pernah mimpi
yang berlapis-lapis, saya mimpi sedang bermimpi, dan di dalam mimpi saya
bermimpi lagi, berapa lapis? ratusan..hihihi seperti iklan makanan.
Seringnya bermimpi membuat saya tidak terlalu memikirkan dan hanya
menganggap sebagai bunga tidur. Namun tidak hanya bermimpi di kala tidur, saya
pun seringkali membuat impian di saat saya tersadar.
Sewaktu SMP, saya punya mimpi, nilai NEM bahasa Inggris tidak
mengecewakan. Memang saya sangat lemah dalam bahasa Inggris, sehingga nilai
mata pelajaran bahasa Inggris saya minim. Demi mewujudkan mimpi, 3 bulan
sebelum EBTANAS, saya sudah mempelajari kembali bahasa Inggris. Mulai buku
kelas 1 hingga kelas 3 saya pelajari dengan seksama, buku bahasa Inggris pun bertebaran
di kamar saya. Hasilnya, nilai EBTANAS bahasa Inggris tidak mengecewakan,
bahkan lebih bagus daripada nilai bahasa Indonesia *kipas-kipas pakai buku.
Memasuki bangku kuliah saya bermimpi untuk percaya diri dan
terampil berbicara. Sungguh, bagi saya ini tidak mudah. Semenjak SD hingga SMA
saya hanya ikut kegiatan ekskul dan itupun sekedar menjadi anggota. Usaha
dimulai dengan memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan di perkuliahan.
Masih membekas dalam ingatan saya, saat pertama mengajukan pertanyaan, suara
saya gemetar saking groginya.
Saya pun menambah usaha dengan mengikuti organisasi dan kegiatan
ekstra kampus. Saat itu, saya diberi kesempatan untuk menjadi moderator dalam
acara sapamaba. Wuih, saya mempersiapkan diri dengan maksimal. Mulai dari
belajar berbicara di depan kaca hingga membuat catatan yang lengkap untuk bahan
berbicara. Awal membuka pembicaraan cukup lancar, sayangnya di akhir acara, contekan
eh catatan saya jatuh ke bawah meja. Waduh, tidak mungkin saya untuk
mengambilnya, terpaksalah menutup acara dengan belepotan *sambil melirik teman
yang menahan tawa.
Selanjutnya, perjalanan saya belajar berbicara terasa lebih mudah.
Mendekati akhir masa perkuliahan, saya menyadari, bahwa kemampuan menulis
sangat rendah. Sayang, saya hanya belajar menulis skripsi hihihi, itupun
rasanya hanya copy paste. Aturan
penulisan ilmiah sekarang, mengutip tulisan seseorang tanpa dibahasakan kembali
dengan kalimat kita sendiri dianggap plagiat.
Saya baru benar-benar berkomiten di awal tahun 2014 ini. Latihan
menulis dimulai dengan mengaktifkan blog yang dibuatkan suami sejak tahun 2012.
Sampai saat ini sudah ada 30an tulisan yang saya buat.
Selain itu, ada hobi kesukaan lain yang masih saya gandrungi. Saya
sangat suka melihat rumah. Dulu, Papa saya pikir, saya akan memilih jurusan
arsitek saat kuliah. Nyatanya sama memilih psikologi dan desain interior. Saya
pikir, arsitek pasti tugasnya berat, pilih yang agak ringan ya desain interior.
Sayang, saya tidak tau kalau ada tes gambarnya. Setelah menjalani kuliah di
psikologi, mau tambah ambil kuliah desain interior, kok melihat teman yang
kuliahnya double keteteran membuat saya urung. Apalagi,
kegiatan di luar kuliah saya sudah cukup banyak.
Meski saya urung mengambil kuliah desain interior, tetapi kesukaan
melihat rumah tidak pernah surut. Jika punya uang lebih, saya akan membeli
majalah atau buku tentang rumah, atau kalau sekarang search via internet gambar-gambar rumah. Saya sampai punya angan
dapat suami arsitek, sayangnya malah kecantol dengan wartawan hihihi.
Meski suami saya wartawan, mimpi tentang rumah tak pernah surut.
Setelah menikah, kami pun mencari rumah yang kelak akan kami tempati. Padahal
saat itu, tabungan menipis, karena terpakai untuk biaya nikah. Akhirnya setelah
pencarian kami yang tak kunjung berjodoh dengan rumah yang sudah kami datangi,
kami memutuskan untuk membeli sebidah tanah yang cukup murah dan lebih luas
daripada ukuran tanah rumah perumahan.
Alasan kami memilih tanah, agar kami bisa mendesain rumah sesuai
mimpi kami. Setelah urusan tanah kelar meski masih berhutang hihihi. Kami
meminta pertolongan teman arsitek untuk mendesain rumah sesuai konsep yang
diinginkan. Saat itu, konsep yang kami sampaikan, rumah masih memiliki ruang
hijau baik di depan maupun belakang rumah. Rumah memiliki penerangan yang baik
dan banyak bukaan, agar hemat listrik dan terasa sejuk tanpa AC.
Kami menginginkan rumah yang terdiri dengan ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, dapur, perpustakaan sekaligus ruang kerja dan belajar,
mushola, 2 kamar mandi dan 3 kamar tidur. Kamar tidur kami inginkan cukup untuk
tempat tidur dan lemari. Bagi kami aktifitas di kamar tidur untuk beristirahat
dan berganti pakaian sedangkan aktifitas yang lainnya dapat dilakukan di ruang
bersama. Kami ingin melihat, belajar dan beraktifitas bersama antar anggota
keluarga sehingga kami bisa memantau perkembangan anak kami.
Desain Lt.1 rumah kami
Kami, terlebih saya menginginkan rumah yang layak untuk anak kami
belajar namun juga cukup realistis dengan kondisi yang sekarang. Siapa sih yang
tidak ingin rumah dengan tanah yang luas sehingga bisa berfungsi dan menampung
aktifitas yang dilakukan di rumah lebih banyak. Namun untuk mewujudkan itu butuh
biaya yang cukup besar dan waktu yang lebih lama.
Saya masih sangat memimpikan bisa mewujudkan homeschooling untuk
anak-anak kami kelak. Oleh karena itulah rumah kami bangun dengan ruang
perpustakaan dan ruang belajar agar kelak kami nyaman belajar di rumah.
Desain Lt. 2 rumah kami
Setelah desain rumah selesai, kami tak langsung membangunya, butuh
waktu setahun bagi kami untuk mengumpulkan uang, itupun kembali lagi, masih
dengan bantuan pinjaman. Saya dan suami percaya bahwa pasti ada jalannya dan
kalkulator TUHAN tidak sama dengan kalkulator hamba-NYA. Nyatanya seiring kami
membangun, kami seakan tak percaya, bahwa kami bisa membangun rumah rumah
hingga 75%. Artinya kalau dihitung, gaji kami berdua dikurangi pengeluaran kok
masih bisa menyisihkan uang untuk membangun rumah hingga saat ini.
Alhamdulillah tengah dibangun
Bagaimana dengan mimpi kalian, teman? Bagikan mimpimu di Blog Mimpi Properti yuk.
Lemah di bahasa Inggris toh? Oh pantes pas daftar les conversation mausknya kelas starter, huahaha kabuur
BalasHapusO, kalo itu memang disengaja kok, merendah aja hihihi..
HapusSelamat ya mbak. Walaupun baru 75% terwujud rasanya puas banget kalau lihat hasil keringat sendiri ada bekasnya
BalasHapusIya Mbak, meskipun habis2an, padahal masih persiapan mau melhirkan 2 bulan mendatang..
Hapuswah, senangnya bisa membangun rumah sendiri... semoga makin diberkati ya mbak.. gambar rumahnya bagus.. aku juga suka lho.. hihi.. good luck mbak
BalasHapusIya mbak alhamdulillah, mumpung anak masih kecil, kebutuhan belum terlalu banyak
HapusSelamat ya mbak,,,rumah idamannya sudah mulai dibangun,,,,:)
BalasHapusIya mbak, bangunnya dah setahun yg lalu, sempat tersendat, trus bangun lagi.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus