Dari sekian banyak tulisan yang sudah saya posting di blog,
sepertinya tidak ada yang bercerita tentang traveling. Kesannya saya ga suka
jalan-jalan. Eh, bukan, saya suka jalan-jalan kok, meskipun saya sering mabuk, mulai
mabuk darat, udara dan laut, asal bukan mabuk daratan #eh.
Kisah traveling saya, sudah dimulai semenjak saya berusia
sekitar 1-2 tahun. Waktu itu Papa dan Ibu saya melakukan perjalanan pulang
kampung dari Rantau Prapat ke Kudus dengan pesawat. Wah, keren kan, jaman tahun
82-83an saya sudah naik pesawat *ketahuan sudah berumur.
Saya sendiri sih ga pernah ingat, tapi sering diceritakan
oleh ibu saya. Ceritanya dl waktu di bandara, saya jalan-jalan keliling
bandara, maklum saya baru bisa berjalan, mungkin lagi norak-noraknya menunjukkan
kebisaan. Yang paling sering diceritakan dan akhirnya tidak terlupakan adalah,
saya buang air besar di pesawat. Jaman dulu gitu loh, mana ada popok sekali
pakai. Alhasil, ibu saya merelakan tanggannya untuk menggenggam kotoran dan
dibuang di wc pesawat.. yaiks. Ya begitulah bentuk cinta seorang ibu yang
demikian besar.
Selanjutnya, saya hampir setiap tahun minimal 1 kali
setahun, melakukan perjalanan ke luar kota dengan lama perjalanan 10 jam. Ya,
hampir tiap tahun saya dan keluarga pulang kampung dari Bandung ke
Kudus..hihihi.
Seringnya perjalanan pulang kampung kami dengan bus malam.
Bus yang menjadi kenangan kami Bandung Express. Sampai sekarang bus ini masih
ada, cuma sekarang banyak saingan bus lain. Rumah di bandung juga masih ada,
tepatnya di perumahan Antapani, sampai saat ini, rumah dikelola ketua RT untuk
disewakan.
Setelah Papa pindah kerja di Makassar, saya sempat tinggal di
Makassar 1 tahun. Setahun kemudian saat liburan sekolah, kami pulang mudik, sekaligus
mengantarkan saya yang akan bersekolah di Kudus. Kami mudik dengan menggunakan
kapal laut. Selama liburan di Kudus,
Papa, Ibu, Adik, Sepupu dan saya sempat mudik ke Rantau Prapat dengan bus yang
lamanya perjalanan 3 hari.
Ketika saya duduk di kelas 3 SMA, Papa dipindahkan ke
Denpasar. Jadilah saya sering melakukan traveling ke Denpasar, terutama
masa-masa kuliah yang membuat iri teman-teman. Jaman dulu kan jalan-jalan ke
Bali rasanya WAH, padahal saya mah pulang kampung.
Saat saya mau selesai kuliah S1, Papa saya dipindah lagi ke
Makassar. Selama di Makassar, saya sempat mudik 2 kali. Terakhir mudik, saat
pesawat ADAM AIR hilang dan ditemukan tinggal serpihan. Saat itu pula banyak
kapal yang tenggelam. Saya mau balik Kudus jadi ketar-ketir, padahal saat itu
saya sudah bekerja.
Selepas dari Makassar, Papa malah ditempatkan di Semarang,
berakhirlah traveling mudik saya. Malah sekarang, pasangan hidup 1 kota, Cuma butuh
30 menit untuk sampai ke rumah mertua. Mo mudik ke mana ya?hiks.
Saya merencanakan, setelah adiknya Fatih berusia 1 tahun ke atas, kami akan traveling mudik ke tanah kelahiran saya atau berkunjung ke rumah Kakak ipar di Sulawesi, semoga ada rejeki. Amin.
Saya merencanakan, setelah adiknya Fatih berusia 1 tahun ke atas, kami akan traveling mudik ke tanah kelahiran saya atau berkunjung ke rumah Kakak ipar di Sulawesi, semoga ada rejeki. Amin.
samaa, aku juga pengen banget ngajak Thifa, Hana dan ayahnya ke Makassar, trus kulineran dehh
BalasHapuske Bandung dulu yuk..
HapusAda enaknya loh Mak kalo ga bisa mudik jauh. Duitnya bisa dialokasikan buat liburan kemana gituu... :D
BalasHapusTp lebih boros mak, nambah biaya penginapan dan makan. Kl punya sodara di suatu tempat kan gratis nginap dan makan..hihihi..
Hapusnah itu mak harus ada sodara di tempat tujuan traveling kita biar bisa nginep gratis
BalasHapusjangan lupa pakai kaos dengan label positif di
kaos muslim anak - kaos muslim keluarga