“Maaf mbak Ika, baru sempat tilik bayi. Di rumah ada saja
kerjaannya” ujar saudara saya sambil memangku anaknya yang berusia 2,5 tahun.
“Gak apa-apa Mbak. Emang kerjaan rumah tangga itu seabreg,
apalagi kalau punya anak kecil” ujar saya sambil tersenyum.
“Iya, Sasa kan kegiatan kuliahnya banyak, paling bantu cuci
piring. Adeknya yang perempuan baru kelas 4 SD. Kalau laki-laki ya gak bisa
diharapkan” ceritanya lagi.
Itu adalah penggalan obrolan saya dengan istri dari saudara
sepupu. Saya sering mendengar cerita, anak perempuan lah yang bisa diharapkan
dan diandalkan untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Terus gimana donk dengan
saya? Anak saya 2, laki-laki semua. Apakah benar anak laki-laki tidak bisa dan
tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga?
“Kok tadi gak sekalian minta air minum sama mas Annas *nama
suami saya, mbah” tanya saya sedikit sebal karena baru saja suami saya
mendatangi kamar mbah.
“Wong lanang kuwi, rak elok ngurusi gawean omah (terjemahan
: laki-laki tidak etis mengerjakan pekerjaan rumah)” jelas mbah saya.
Welah, kalau gitu gempor donk saya mengerjakan semua
pekerjaan rumah, ditambah momong 2 anak. Penjelasan mbah membuat saya berpikir,
budaya di sekitar masih menganggap pekerjaan rumah tangga adalah urusan
perempuan. Urusan laki-laki hanya mencari nafkah.
Menurut saya pribadi, pekerjaan rumah tangga adalah tanggung
jawab anggota keluarga, bukan hanya ibu atau anak perempuan. Mungkin ibu adalah
koordinatornya, namun tugas dapat dibagi dengan anggota yang lain sesuai dengan
kemampuan. Prinsip ini saya terapkan sejak dini kepada anak-anak saya.
Pertama, saya memperkenalkan pekerjaan rumah tangga kepada
Fatih. Caranya ya dengan mengajak Fatih untuk ikut beraktifitas menyelesaikan
tugas rumah tangga. Waktu dia baru bisa angkat kepala, saya letakkan dia di
bouncer, menunggui saya yang sedang mencuci baju atau sibuk di dapur.
Setelah agak besar, tanpa diajak, Fatih selalu ingin untuk
terlibat dengan aktifitas saya. Selama tidak berbahaya, tentu saya perbolehkan.
Saat saya menggoreng kerupuk, Fatih diperbolehkan memasukkan kerupuk dalam
wajan. Dia duduk di meja dapur. Wow, apa Fatih tidak kena minyak atau wajan
panas. Pernah sih, tapi dia gak kapok hihihi.
Fatih juga saya beri sapu kecil dan lap, saat saya menyapu
dan mengepel rumah. Kala saya mencuci baju, dia juga ingin mencuci bajunya
sendiri. Begitu pula ketika anggota keluarga lain mengerjakan tugas rumah
tangga. Saya meminta kesediaan mereka agar mengijinkan Fatih terlibat.
Proses keterlibatan Fatih dalam tugas rumah tangga
membutuhkan kesabaran. Ya, pekerjaan yang seharusnya lebih cepat selesai,
terpaksa molor karena menunggu Fatih. Tambahan lagi, harus ekstra pengawasan.
Tidak hanya itu, Fatih juga saya sejak usianya mendekati 2
tahun, sudah saya minta untuk bertanggungjawab terhadap mainannya. Berkali-kali
saya ingatkan untuk membereskan mainannya. Prinsip yang saya tekankan ke Fatih,
boleh mainan apa saja, asal tidak berbahaya dan setelah selesai bermain
dibereskan.
Kedua, yang paling penting adalah contoh nyata. Saya pernah
meminta Fatih untuk memungut daun-daun di halaman sementara saya sendiri duduk
di teras. Sekali dua kali Fatih mau mengambil daun, setelah itu dia mengambil
sapu dan menyerahkan kepada saya sambil menunjuk dedaunan..hihihi. Intinya
Fatih menyuruh saya menyapu halaman. Eh, tapi dia juga ambil sapu kecil dan
membantu saya menyapu halaman.
Contoh nyata juga sangat membutuhkan peran Ayah untuk
berbagi tugas. Kalau dia melihat Ibu saja yang mengerjakan tugas rumah tangga,
sementara Ayah leyeh-leyeh, dia akan berfikir bahwa tugas rumah tangga adalah
tugas ibu atau perempuan.
Alhamdulillah Ayah terbiasa juga mengerjakan tugas rumah
tangga. Saat ini tugas Ayah adalah mencuci baju Fattah, Fatih dan pakaian dalam
Ayah dan saya. Kalau si Bude kebetulan tidak datang dan setrikaan menumpuk,
tanpa diminta Ayah menyetrika *saya emoh pegang setrika. Kadang mencuci piring
juga saat melihat saya lelah.
Lah terus tugas saya apa? Mengurusi kebutuhan Fatih dan
Fattah, mulai memandikan, menyuapi dan menyusui dan menemani. Wow, momong duo bocah butuh tenaga dan
kesabaran yang besar lho.
Bagi saya, yang terpenting adalah budaya di keluarga. Mudah-mudahan
dengan cara seperti itu, Fatih dan Fattah terbiasa mengerjakan tugas rumah
tangga. Saya dan Ayah tidak kewalahan menyelesaikan tugas rumah tangga yang
tiada habisnya hehehe.
Membersihkan mobilnya
Wah bangga membacanya. Semoga Fatih dan Fattah menjadi terbiasa dengan tugas tugas yang sudah diberikan oleh ayah bundanya , menjadi kebiasaan yang baik kelak jika mereka sudah dewasa
BalasHapusMumpung belum terlambat, kami mengucapan Selamat Tahun Baru 2015 ya.. Semoga di tahun 2015 mendatang kita semua akan diberikan kemudahan dan kesuksesan yang lebih besar lagi dari tahaun sebelumnya. (Salam kami sekeluarga di Pontianak. Kalimanan Barat)
BalasHapusAamiin. Makasih Pak Asep. Salam balik dari Kudus. Btw biasanya Asep nama orang Bandung :)
HapusGemesin banget mbak anaknya
BalasHapusSetuju mak, contoh langsung itu amat perlu. Salut buat ayah fatih n fattah. Tfs y mak
BalasHapusIya, harusnya dari kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan dengan pekerjaan rumah. Mau anak laki-laki atau perempuan, saya rasanya disamakan saja. Biar anak-anak tahu tanggung jawabnya, tahu kewajibannya, dan punya kepedulian terutama dengan lingkungan hidupnya.
BalasHapusSama kenal Mbak Rizka :)
aduh maaak.... saya jadi pengen curhat nih.
BalasHapusKeluarga saya juga berpendapat begitu, laki-laki gak etis ngurus rumah. Saya satu-satunya anak perempuan di keluarga, dan saya selalu protes kenapa adik2 saya gak pernah diberi pekerjaan rumah. Saya malah dianggap pembangkang jadinya...
Sampai suatu ketika saya bilang ke orang tua, kenapa cuma anak perempuan yang disuruh beres2 rumah? Karena memang tugasnya begitu, kata Ibu. Terus tugas laki-laki apa? Ibu jawab "cari uang". Okey, saya minta adik-adik belajar cari uang. Suruh mereka jualan koran atau apapun.
Habis saya bilang begitu, orang tua diam. Besoknya adik saya mulai dibagi tugas beresin rumah hehehe....
Iya bener...apalagi keluarga sumatra seperti aku mbak yg menganut patrilineal...
BalasHapusSalam kenal. Toss mak...anak kita sama laki semua :)
BalasHapusDi rumah, anakku 3 boyz suka bantu2 masak n beresin mainannya sndiri. Ikut nyuci mobil, nyuci sepedanya sndiri. Belajar nyapu. Kalo ngepel belum bs krn trlalu basah n malah kepeleset sndiri :D
Bertanggung jawab atas tugasnya ya mak :)
BalasHapuswaah... keren ini bisa kayak gitu ^^
BalasHapus