Suatu pagi, usai sarapan Fatih menghampiri saya yang tengah mengetik
di kamar.
“Capek Mah? ujar Fatih sambil merebahkan diri di atas kasur.
“Capek? Memang Mas Fatih habis ngapain?” balas saya sambil
mengetik.
“Habis nyapu Mah” ujar Fatih lagi.
“Nyapu? Nyapu apa?” tanya saya sambil memandang Fatih.
“Nyapu bubun (baca : bubur) Mah” jawab Fatih yang disusul
derai tawanya setelah melihat ekspresi muka saya.
Ya, saya kemudian mengernyit sambil mata sedikit membelalak,
antara tak percaya dan geli. Akhirnya saya tertawa juga sambil berujar, “kamu
kok lucu sih Mas, kayak srimulat”.
Saya yakin, sebagian yang melihat kejadian itu pasti
tertawa, wong anak umur 2,5 tahun kok sudah bisa bercanda seperti itu. Eits,
tunggu dulu, kalau waktu diputar ulang, beberapa hari yang lalu ada percakapan
yang hampir serupa. Saat itu Fatih juga mengatakan kalau capek habis nyapu
ruang tengah, padahal dia habis makan. Terus saya bilang saja, “habis nyapu
nasi ya mas, capek ngunyah”. Hihihi..
Usia Fatih memang masa meniru. Dia meniru apapun yang dia
lihat dan dengar di lingkungan sekitar. Tentunya Fatih belum mampu menyaring
mana yang baik dan mana yang jelek. Dia juga belum mampu mengendalikan seberapa
jauh tindakan itu dilakukan.
Salah satu perilaku meniru Fatih adalah perlakuan terhadap
kucing. Kami terutama Yangkung memang senang memelihara kucing, dimanapun kami
bertempat tinggal. Suatu hari, saya melempar sandal kepada kucing kampung yang
sering mengganggu kucing yang kami pelihara. “Plak, rasain” ujar saya dengan
emosi. Saya geram sekali dengan kucing itu. Kucing yang kami pelihara ketakutan
dibuat ketakutan setengah mati.
Rupanya adegan itu terekam oleh Fatih. Keesokan harinya,
ketika saya tengah duduk di belakang rumah sambil menyuapi Fatih, saya mengusir
kucing yang berputar-putar di kaki.
“Hush, pergi sana ah. Mengganggu saja, kan sudah diberi
makan” ujar saya sambil mendorong tubuh kucing dengan kaki.
Fatih lalu mengambil sandal dan melemparkan sandal ke kucing
yang saya usir, “Pergi sana” teriaknya.
“Lho Mas, kok dilempar sandal?” namun saya kemudian teringat
dengan kejadian kemarin saat saya melempar sandal. Waduh ternyata Fatih meniru
perilaku saya melempar sandal tanpa tahu siapa yang saya lempar dan kenapa.
Saya langsung sadar, ya seharusnya saya tidak perlu begitu
emosional dan menunjukkannya di depan Fatih. Sebagai orang tua, saya seharusnya
menjaga sikap, tentunya tidak hanya di depan anak saja, di mana pun juga. Kalau
hanya di depan anak, suatu saat akan terlupa.
Siapa yang ingat dengan kasus anak usia 2 tahun pecandu
rokok? Kok bisa? Tentunya tak lepas dari lingkungan keseharian yang dia lihat.
Entah itu tetangga, televisi, keluarga bahkan lingkungan terdekat yaitu orang
tuanya.
Sebagai orang tua kita lah memang yang bertanggungjawab
terhadap perilaku anak. Contoh yang sering dilihat anak adalah keseharian kita.
Kalaupun perilaku yang dilihat anak bukan dari orang tua, seharusnya kan kita
tetap bertanggungjawab memilihkan lingkungan yang kondusif buat anak.
Hal lain, anak-anak sering kita anggap lucu ketika meniru
perilaku orang dewasa, akhirnya kita tertawa, sayangnya itu dianggap sebagai
penguatan oleh anak. Akibatnya anak akan mengulang perbuatan itu di kemudian
hari. Kadang kita juga membedakan sikap mana yang boleh dilakukan anak dan yang
boleh dilakukan orang dewasa. Misalnya merokok, kita tetap merokok di depan
anak, tetapi melarang anak merokok. Kita memerintahkan anak untuk belajar,
sementara orang tua menonton tivi.
Tentu semua orang tua berharap anak tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang baik, sholeh atau sholihah. Bagaimana dengan kita sebagai orang tua?
Kita juga harus tumbuh dan berkembang menjadi orang tua sholeh dan sholihah
agar anak meniru perilaku baik kita #teguran buat diri sendiri.
Fatih meniru Mama dan Yangti Masak
responnya langsung ya mak kalao anak2,sekali lihat lagsung dipraktekin :)
BalasHapusBetul Mak, Mak Hanna jago banget deh soal anak-anak :)
BalasHapusnanti bakal hati2 deh kalo gitu depan anak2, hhehhe
BalasHapustapi emang yang kasus anak kecil ngerokok itu bikin miriiis :(
Bakalan punya bakat memasak.
BalasHapusBenar Mak. Saya pun sering kena batunya oleh anak2 saya :D
BalasHapusKita memang harus belajar banyak ya :)
mbak... anak saya usia 21 bulan sukanya lempa-lempar barang.. aktif, klo blm tidur tidak bisa diam sejenak.. kira-kira kenapa ya bund ? :) terima kasih
BalasHapusBanyak sekali yang menyebabkan itu Bu, Mungkin tipe anaknya memang aktif dan harus diberi kegiatan untuk menyalurkan keaktifannya. Bisa juga dipicu oleh makanan, karena beberapa anak ada yang sensitif terhadap makanan tertentu. Biasanya harus diobservasi dan orang tua diwawancarai langsung Bu. Mungkin bisa juga dibutuhkan tes.
Hapus