Samar-samar masih kuingat dia. Seorang lelaki dari masa lalu. Secara fisik, dia tidak terlalu istimewa. Kulitnya sawo matang dengan rambut hitam lurus dan tebal. Namun dialah lelaki pertama yang menawan hatiku. Dia yang membuat hariku menjadi penuh warna karena menanti kedatangannya.
Kami berkenalan pertama melalui sekolah. Ya, kami teman satu
sekolah bahkan satu kelas. Mungkin kebersamaan lah yang menumbuhkan benih-benih
rasa suka dihatiku.
Sikapnya santun. Tidak seperti teman lelaki yang lain, yang
suka mengganggu anak perempuan di kala itu. Dia selalu berbicara dengan ramah
disertai senyuman. Sesekali dia ikut bermain juga bersama anak perempuan.
“Ih, bobogohan na?” ujar salah seorang teman perempuanku saat
melihat aku dan dia tengah bercanda.
“Ih, henteu atuh, temanan aja” balasku mengelak perkataan
teman.
Ucapanku memang tak sesuai dengan isi dalam hatiku.
Entahlah, kenapa teman perempuanku berkata demikian. Apa mungkin tergambar
jelas di raut wajahku? Memerahkah mukaku saat dia menggodaku atau mataku
berbinar saat mataku menatapnya? Yang jelas ada terselip rasa senang saat aku
mencuri dengar gosip bahwa kami pacaran.
Aku pun tak tahu isi hatinya. Sebenarnya setengah berharap
dia memiliki perasaan yang sama denganku. Tak berani berharap bahwa sikapnya
yang baik padaku karena ia juga menyukaiku. Rasanya sikap dia memang baik
terhadap teman perempuan.
Aku juga tak berani bertanya tentang isi hatinya. Aku
perempuan. Di masa itu, tabulah perempuan menyatakan perasaannya terlebih
dahulu. Apalagi kurasa kedua orang tuaku bahkan kedua orang tua kami tidak akan
setuju kalau kami menjalin cinta. Pasti menurut mereka terlalu belia.
Hingga akhir perpisahan sekolah perasaan itu masih tertutup
rapat di hatiku. Tak berani aku menyatakannya. Hanya mampu menatapnya saat aku
akan bersiap pentas menari di acara
perpisahan.
Hingga kini aku tak pernah mendengar tentangnya lagi. Usai
perpisahan sekolah, aku pun pindah rumah, sehingga kemungkinan bertemu sangat
kecil. Aku pun tak tahu rumahnya, siapa nama orangtuanya.
Semakin lama raut wajahnya semakin memudar, tinggal kenangan
samar. Kenangan usai pulang sekolah, bermain dan bercanda sambil menunggu orang
yang menjemput kami. Kisah inipun tak pernah sampai di telinga suamiku. Apa
yang hendak kuceritakan? Kisah ini sudah terlalu lama, bahkan nama lelaki
itupun sudah kulupakan.
Catatan : Kisah ini terjadi puluhan tahun lalu. Kala kami
masih belajar dan bermain di TK Tawekal Sapta Marga Cibereum Bandung.
Kirain SMA mak...ini sih namanya cinta2an...lucu kalau anak kecil suka2an tuh ya pada malu2 kucing..
BalasHapusIya Mak, saya juga ingetnya samar-samar :)
HapusInget ane gak mak??
Hapusane ingett bang
Hapusbeuhhh first love waktu TK, aihhh masih lucu banget pasti mak
BalasHapusIya Mak, dewasa sebelum waktunya :D
HapusCieeeee mak rizka.. lucu mak ya kalau inget masa masa itu.
BalasHapusIngatnya cuma dikit Mak :D
HapusAnak TK udah bergosip tentang suka2an??? oemjiiih
BalasHapusNek Thifa bilang dia suka ma teman TKnya gimana MI?
Hapusaiiih.... aiiih... jadi inget masa laluuuu
BalasHapusindah ceritanya.
BalasHapuscinta pertama emang pada akhirnya akan kalah sama cinta terakhir.
karena yang pertama, belum tentu jadi yang terakhir.
Cinta pertamaku.... aku ingat mukanya, lupa namanya :|
BalasHapusSama nih kisahnya :(
BalasHapusTK ya ampuun??? Gak nyangka ini pas TK kejadiannya mbak..
BalasHapusCerita TK INI sejenak mengingatkan saya pada saat dulu dimana masih sangat lugu untuk mengenal apa itu kata suka atau hanya kagum hihihihi
BalasHapusada yang inget masalalu...
BalasHapussejak TK bisa masi inget ya,,,so sweet.
BalasHapus