Alhamdulillah, setelah 3x mencoba mengirimkan tulisan di rubrik gado-gado, tulisan ke -3 dengan judul CIUM TANGAN dimuat. Tulisan saya kirim 18 Nopember 2014 dan dimuat 7 Maret 2015. Lama ya?.
Silakan yang berminat bisa mengirimkan tulisan ke kontak@femina.co.id. Format tulisan arial, ukuran 12, spasi 2. Naskah sekitar 3 halaman atau 500 kata. Jangan lupa sertakan nama, alamat, no. kontak dan no. rekening. Mau lebih lengkap, bisa nyontek di sini
Entah apa latar belakang tersebut
mempengaruhi kebiasaan cium tangan yang dilakukan mahasiswa di tempat saya
bekerja. Sebagian mahasiswanya seusai perkuliahan, atau konsultasi dengan dosen
melakukan ritual mencium tangan dosen.
Saya
masih ingat ketika duduk di bangku TK dan SD setiap pulang sekolah pasti ada ritual
mencium tangan bapak atau ibu guru. Ritual ini mungkin dimaksudkan sebagai
penghormatan kepada bapak atau ibu guru yang dianggap sebagai pengganti orang
tua selama di sekolah.
Beranjak
ke jenjang pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi ritual ini tidak pernah
lagi dilakukan. Mungkin siswa dianggap sudah terlalu besar untuk melakukannya.
Saat
ini saya bekerja di sebuah instansi pendidikan, sebuah perguruan tinggi di kota
yang terkenal dengan sebutan kota kretek. Ternyata ritual mencium tangan dosen
atau karyawan yang dianggap sebagai orang tua masih dilakukan.
Daerah
tempat saya bekerja memang masih sangat kental suasana agamisnya. Satu-satunya
daerah yang memililiki dua Sunan sekaligus, Sunan Muria dan Sunan Kudus.
Entah
apa latar belakang tersebut mempengaruhi kebiasaan cium tangan yang dilakukan mahasiswa
di tempat saya bekerja. Sebagian mahasiswanya seusai perkuliahan, atau
konsultasi dengan dosen melakukan ritual mencium tangan dosen. Biasanya ini
dilakukan oleh sebagian mahasiswi dan hanya beberapa oleh mahasiswa.
Awal
bekerja, belum ada mahasiswi yang mencium tangan saya. Mungkin usia saya dan
mereka hanya bertaut beberapa tahun bahkan ada yang lebih tua dari saya. Setelah
bekerja 3 tahun, mulailah saya mengalami kejadian cium tangan.
“Eh,
mau ngapain” tanya saya saat mereka mengulurkan tangan seusai perkuliahan.
“Mau
salaman bu” jawab mereka,
“Ga
usah cium tangan segala ya. Kayak pengajian saja” ujar saya menolak dicium tangan.
“Wong
saya mau kok bu. Masak ga boleh” jawab mereka setengah memaksa yang membuat
saya mengikhlaskan meski jengah.
Kejadian
cium tangan ini tak hanya usai perkuliahan. Saat mendapat tugas menjaga ruang
ujian masuk calon mahasiswa baru, saya tak luput dari acara cium tangan.
Saya
mulai sedikit terbiasa dengan ritual cium tangan. Kalaupun ingin menghindar,
biasanya saya pura-pura sibuk dan tidak melihat mereka.
Ritual
cium tangan juga pernah saya alami saat memberikan jasa layanan psikologi. Selain
mengajar, profesi sebagai psikolog melibatkan saya dalam pelayanan jasa psikologi
di biro tempat bekerja Salah satunya adalah layanan psikotes, mulai bertindak
selaku tester, pewawancara hingga psikolog.
Suatu
hari, biro tempat saya bekerja melakukan proses seleksi karyawan atas
permintaan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan. Peserta atau
calon karyawan dua orang wanita muda yang baru lulus dari perguruan tinggi.
Usai melakukan wawancara, saya menutup proses seleksi dengan mengatakan hasil akan
diserahkan ke perusahaan dan perusahaan yang akan mengabari.
Ketika
mereka pamit pulang, saya masih berpikiran positif saat kedua peserta
mengulurkan tangan. Kejadian selanjutnya tanpa saya duga ternyata mereka
menundukkan kepala dan meletakkan tangan yang tengah menggenggam tangan saya ke
wajah mereka.
Waduh,
saya terkejut dan tidak siap ketika mereka mencium tangan saya. Perasaan saya
antara, apa segitunya penghormatan yang diberikan atau wajah saya tampak
terlalu tua sehingga sangat pantas dihormati.
Setelah
diselidiki, memang sebagian besar dari mereka sekolah di MA (Madrasah Aliyah).
Mungkin di sana kebiasaan mencium tangan guru masih dilakukan dan terbawa
hingga mereka menjadi mahasiswi.
Kejadian
cium tangan yang cukup menggelikan juga pernah terjadi ketika biro tempat kami melaksanakan
evaluasi pegawai di sebuah perusahaan BUMD. Pelaksanaan dilakukan di kantor
perusahaan tersebut. Kami datang dengan dibantu asisten yaitu mahasiswa yang
magang di biro kami.
Saat
peserta memasuki ruangan psikotes, mereka menyalami kami satu persatu hingga
tiba giliran asisten yang bersalaman dan kami dibuat tercengang.
“Wid,
kok kamu pake cium tangan sama ibu peserta tes?” tanya saya dan seorang rekan.
“Kan
ibunya kelihatan lebih tua Bu. Ga apa-apa” jawab Widya dengan polosnya.
Waduh
ternyata bukan dosen saja yang dicium tangannya.
ternyata dari kejadian disekitar bisa menjadi ide tulisan yang menarik ya mak.
BalasHapussukses terus ya dengan karya yang lain
Iya Mak, gak perlu kita sendiri yang mangalami :)
HapusHehehe kalo dipikir2 bagus jug sih kebiasaan ini wujud takdzim pd yg lbh "tua" dituakan
BalasHapusIya Mak, tapi dicium peserta psikotes berasa tua banget :D
Hapusaku juga sering melakukan demikian kok mbak :)
BalasHapussaya juga sebenarya seneng cium tangan sama yg lbh tua..tp pernah ada tetangga tema arisan yg kliatannya ga suka dicium tangan, mungkin pengennya ya biasa aja :)
BalasHapusKadang jengah juga Mak. Apa ya pantas dapat penghormatan itu?
HapusJangan2 mahasiswa itu kalo turun dari angkot salim juga sama sopirnya :D
BalasHapusDulu hampir saja kucium tangan kernet angkot. Jaman SD hahaha..
Hapussopan bangettt mahasiswimu ya maaak....iya, asal jangan cium tangan supir angkot juga :p
BalasHapushahaha..cium tangan tukang becak ma ojek motor :D
Hapussaya memang lebih suka cium tangan daripada cium pipi kiri-kanan...
BalasHapusMencium tangan adalah 'urf (adat) yg menggambarkan rasa homat dan sayang kita kepada seseorang. Entah itu ortu, saudara, guru, sekaligus melatih hati kita untuk selalu tawadhu' kepada pemberi ilmu. Bahkan kepada anak saya pun saya lakukan ini. Sebab terkadang justru yang mereka lah yg mengajarkan saya beberapa ilmu alat yang saya tak paham.
BalasHapus@nuzululpunya
Kebiasaan cium tangan memang sering dilakukan oleh beberapa orang untuk menghormati. Saya juga lebih senang cara ini daripada cipika cipiki
BalasHapusDosen aku malah kebalik sm dirimu, kalok ketemu dijalan atau pas bimbingan ke rmh beliau, beliau oasti ngulurin tgn duluan...
BalasHapusMgkin membiasakan yg baik kali ya mak, sekalipun itu mahasiswa, udh pd gede2, udhnod ngerti...btw selamat ya mak