“Setelah lulus, rencanamu apa Riz?” tanya dosen pembimbing
skripsi usai menandatangani revisi skripsi.
“Kalau Bapak saya, inginnya saya melanjutkan kuliah. Saya
sendiri sih ingin kerja dulu Pak” jawab saya sambil menata lembaran tanda
tangan.
“O. Bu X sampai
sekarang belum menikah juga. Saya sih membantu menjodohkan dia dengan
mengenalkan ke teman-teman laki-laki. Agak sulit juga. Selain faktor umur yang
terbilang tidak muda, gelar S2 membuat beberapa teman ciut. Saran saya sih,
sebaiknya sebelum lanjut S2 kamu menikah dulu” nasihat dosen tempat saya berkonsultasi segala hal.
Waktu itu, saya hanya mengangguk saja mendengar nasihatnya.
Saya berkesimpulan bahwa perempuan pintar dengan tingkat pendidikan tinggi
malah sulit menemukan jodoh.
Dua bulan kemudian, saya satu bis dengan saudara laki-laki.
Kami sempat berbincang mengenai melanjutkan kuliah.
“Kalau aku sih, seandainya pasanganku juga ingin melanjutkan
S2, dia yang aku dahulukan untuk melanjutkan kuliah” ujarnya.
“Tidak masalah buatmu kalau pendidikan isteri lebih tinggi?”tanya saya ingat ucapan dosen beberapa waktu yang lalu.
“Tidak, justru aku senang punya isteri yang pendidikannya
tinggi. Artinya anak-anakku dididik oleh ibu yang pintar. Kalau ibunya pintar,
mudah-mudahan anaknya jadi pintar juga” alasannya.
Alasan yang masuk di akal. Urusan mendidik anak, biasanya lebih
banyak dipegang oleh ibu. Umumnya ibulah yang lebih dekat dengan anak-anak.
Mengandung, melahirkan dan menyusui yang merupakan kodrat ibu, tidak bisa digantikan
oleh orang lain termasuk oleh ayah. Hal inilah yang membuat ibu menjadi obyek
lekat anak.
Saya sepakat bahwa perempuan itu harus #beranilebih pintar. Tugas
yang melekat atau dilekatkan pada perempuan membuat ia harus mencari ilmu dan
terus berkembang. Sebagai isteri, biasanya dialah yang mengelola rumah tangga.
Mulai dari urusan menata rumah, santapan untuk keluarga hingga mengelola
keuangan. Ketika amanat anak dititipkan melaluinya, ia harus menjaga
kandungannya, mempersiapkan kelahiran, menyusui, merawat dan mengasuh anaknya.
Pintar tidak harus dan tidak selamanya diperoleh dari
pendidikan formal. Banyak ilmu yang tidak diperoleh dari bangku sekolah. Banyak
ilmu yang bisa diperoleh dengan murah bahkan gratis di luar sana.
Jadi ketika ada orang yang bertanya, "Tidak takut kuliah S2 belum menikah? Biasanya laki-laki akan ciut dengan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi”.
Jadi ketika ada orang yang bertanya, "Tidak takut kuliah S2 belum menikah? Biasanya laki-laki akan ciut dengan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi”.
Saya hanya mengernyitkan dahi, seraya menjawab,”Bukankah perempuan
memang harus #beranilebih pintar? Karena dialah tiang negara, karena dialah sekolah pertama
bagi anak-anaknya. Kenapa laki-laki harus ciut nyalinya?”.
FB : Rizka Alyna
Twitter : @rizkaaalyna
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih di Blog
FB : Rizka Alyna
Twitter : @rizkaaalyna
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih di Blog
setuju mak, ibu adalah madrasah pertama anak (sambil lirik diri sendiri nih,dulu kalo anak nanya ini itu saya suka bengong, alhamdulillah ada internet. sejak seneng ngeblog kalo ada yg gabisa saya buka internet)
BalasHapusIya Mak, sekarang mau ngisi teka teki silang gak perlu mikir, tinggal buka lepi..hihihi..
HapusIya, Mak, menjadi perempuan sekarang, kudu pintar biar anaknya juga pintar.
BalasHapusGood luck ya :)
Makasih Mak :)
HapusSetuju, Mak. Pendidikan itu penting, terutama buat wanita. Bukan untuk sekadar bagus-bagusan gelar, yaaa tapi untuk menyiapkan generasi yang lebih baik.
BalasHapusBetul Mak, yang terpenting ilmunya :)
HapusSaya juga berpendapat kalau pendidikan adl asset diri sendiri. Ilmu tidak akan hilang walaupun seorang wanita berprofesi sebagai wanita karir atau IRT biasa. Kalau soal menikah gak ada hubungannya kalee...saya menikah setelah beberapa bulan setelah wisuda S2..hehehee...
BalasHapusIya Mak, menurut dosen dan beberapa orang, perempuan berpendidikan tinggi bikin ciut laki-laki yang mau mendekati :)
HapusMba apa yg kontradiksi ya , kalau perempuan semua mementingkan S2, bila sudah nikah dan punya anak, terpaksa dititipkan pengasuh, padahal masa kecil tak akan terulang
BalasHapusSaya pernah denger dari teman dan saudara, ketika si Ibu kuliah S3 di luar negeri, rumah tangganya kacau. Kalau saya sih saat anak masih kecil memilih memprioritaskan anak. Tapi ya tergantung pasangan juga Mbak. Teman ada yang bisa kuliah S2, saat anak masih kecil dan kemudian hamil dan melahirkan. Alhamdulillah lancar Mbak
HapusKerenlah. Mak rizka:D
BalasHapusMakasih Mak Harie :)
HapusSetuju sekali Mak Rizka. Ibu yang pintar in shaa Allah dapat mempersiapkan generasi berikut yang pintar juga.
BalasHapusGood luck lombanya ya Mak Rizka :)
Makasih Mak Vhoy :)
HapusYap, betul! perempuan memang harus #beranilebih pintar :D
BalasHapusSetuju banget ni mak. Kudu lebih pintar karena perempuan great multitasker. :D
BalasHapusBetul Mak :)
Hapusendingya mantep banget mbak hehehe...
BalasHapushahaha,,nonjok ya :D
Hapussetuju mak,, perempuan harus terus mencari ilmu lebih .. goodluck mak..
BalasHapusMakasih Mak :)
Hapussetuju bangeeeettttt.. justru laki2 yang ciut itu yang perlu di pertanyakan
BalasHapus"jadi loe ga pengen punya istri pintar biar bisa di bodoh-bodohin kan ?"
hihihi..kadang ada juga laki-laki seperti itu ya Mbak :)
HapusPada kenyatannya memang masih banyak yang takut dengan pendidikan istri yang lebih tinggi..;)
BalasHapusBetul Mbak. Kalau saya mah tidak pernah mempermasalahkan :(
HapusSetuju mba,.
BalasHapusistri juga harus pintar agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, karena anak belajar pertama kali dari ibunya
Sepakat sangat, Mak. Kalau masih ada yg bilang, buat apa perempuan sekolah tinggi2, disitu kadang merasa sedih...
BalasHapusIya Mak. Padahal kita kan guru bagi anak-anak kita..
HapusMasih banyak juga laki-laki yang cari istri pintar, biasanya tipe laki-laki yang cerdas hati, hihii...
BalasHapusMaksudnya yang tak takut bakal kalah dengan istrinya yg pintar, karena dia memiliki kerendahan hati untuk memuliakan sang istri. *berasa jadi MT
Ini mah saingannya MT hihihi..
Hapushidup perempuan hehee :)
BalasHapusgood luck lombanya mba
Makasih :)
HapusSetinggi-tingginya perempuan sekolah, toh dia akan kembali ke keluarganya juga, ke suaminya & ke anak-anaknya. Tapi justru itu yang menjadikannya berharga. Karena dia bakal jd tangan kanan suaminya, partner diskusi suami, tempat berkeluh kesah suami, tempat anak-anak sekolah dsb. Kalau perempuan/istri kurang kualitasnya, bagaimana dia akan membentuk keluarga yg berkualitas, bagaimana dia bisa berperan sebagai partner suami. Itulah gunanya perempuan berpendidikan tinggi.
BalasHapusSetinggi-tingginya sekolah, pemimpin rumah tangga tetap suami Mbak. Justru kalau partnernya pintar kan lebih memudahkan tugas suami ya :)
HapusSetuju.. Laki-laki yang ciut berarti Ga PD.. laki-laki juga harus #Beranilebih pede :D
BalasHapusWah, bisa dibuat judul lomba lagi tuh Mbak..hehehe..
HapusSetuju. Tapi kebanyakan dan umum terjadi laki-laki terlalu takut jika wanitanya lebih dari dia
BalasHapusSeharusnya gak perlu takut ya Mbak
HapusSetujuuu mak :) 'pintar' itu kudu...
BalasHapusApalagi emak-emak untuk urusan pintar mengatur keuangan ya Mak :)
Hapusmantep! jadi perempuan itu hrs terus belajar, ilmu ada di mana2 ga hrs sekolah formal, asal pinter memanfaatkan kesempatan :)
BalasHapuspengalaman saya sih, berhubung blum ktemu jodohnya, jdnya wkt itu lanjut s2 dl sambil nyari calon suami :))
Sambil menyelam, minum air ya Mak :)
Hapussetuju mak...anak-anak harus diasuh emak pinter :)
BalasHapusTerutama emak-emak yang pintar mengatur keuangan :D
Hapussetujuu maakk... justru peran ibu mendidik anaklah yang menuntut ibu kudu lebih pintar *_*
BalasHapusBetul. Kalau Ibu dan Ayahnya pintar, mudah-mudahan anaknya juga pintar :)
Hapussemangat untuk para wanita :)
BalasHapusiya, mak. apalagi perempuan akan jadi ibu bagi anak2nya, jadi kalau bisa lebih pintar kenapa tidak ya
BalasHapusSetuju mbak, why not perempuan lebih pintar ya? hehe...
BalasHapusKarena ada penelitian yang mengatakan bahwa seorang anak akan diturunkan kepintaran dari pihak ibunya.. :D
BalasHapusKehidupan perempuan yang telah menjadi ibu, memang komplit ya mbak. Apalagi jika memiliki peran ganda; ibu dan bekerja, hehee
BalasHapusKenapa musti gitu ya? kan cari ilmu kapan saja dan siapa saja. Dari pd ciut, mending suami cari ilmu jugaa..:)
BalasHapustidak selalu seperti itu, banyak orang tua kita dulu yg hanya petani dan tidak sekolah, tp bisa mendidik anaknya sampai berhasil, sebaliknya banyak wanita karir berpendidikan tinggi justru tidak mampu menghantarkan anaknya menjadi lebih sukses
BalasHapus