Seminar Nasional Psikologi UMK |
Hampir 2 minggu gak buat postingan di blog. Rasanya sudah kangen, tapi apalah daya banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan #cari alasan.
Kantor tempat saya bekerja punya gawe Seminar Nasional yang tiap tahun rutin diadakan. Tahun ini
temanya Psikologi Pendidikan. Pengennya sih mengundang pembicara dari Jakarte,
tapi kok honornya guide-guede belum ditambah transport dan akomodasi. Jadilah
saya mengusulkan, “gimana kalau yang dekat-dekat saja dan tak kalah hebatnya
dengan yang ada di pusat?”.
Saya mengusulkan Ibu Septi Peni Wulandani, pelaku
homeschooling, pendiri Institut Ibu Profesional, penemu Jaritmatika dan masih
banyak seabreg prestasi lainnya. Mungkin untuk kalangan Kudus dan sekitarnya,
Ibu Peni belum setenar selebritis. Tapi bagi saya, dia adalah bintang, bintang
di kehidupan rumah tangga saya #halah. Dia memberi secercah sinar yang menjadi
penerangan untuk peran saya sebagai isteri dan ibu.
Singkat cerita, akhirnya teman-teman sepakat mengundang Ibu
Septi sebagai salah satu pembicara dan saya senang akhirnya keinginan saya
mendengarkan kisah dan menyerap ilmu beliau secara langsung tercapai. Kamis, 20
Agustus 2015 kemarin, event ini berjalan lancar, meski peserta kebanyakan dari
mahasiswa Psikologi. Sebenarnya sih saya target saya, ibu-ibu rumah tangga,
entah itu yang murni ibu rumah tangga atau nyambi bekerja di luar. Rugilah
kalau gak datang ke seminar ini :P
Berhubung saya blogger baik hati #memuji diri sendiri, saya
bagi deh ilmu dari Ibu Septi. Tema Seminar Nasional Ibu Septi adalah Membangun
Peradaban dari Rumah. Ibu Septi bercerita tentang pengalaman hidupnya. Mulai
semenjak sebelum bertemu suami hingga memiliki amanah 2 orang putri dan 1 orang
putra.
"Orang yang Tidak Punya Mimpi, Maka Ia akan Menyukseskan Mimpi Orang Lain"
Septi Peni Wulandani
Dulunya Ibu Septi, adalah seorang perempuan kebanyakan.
Setelah lulus SMA, beliau ingin melanjutkan kuliah di psikologi, hanya ibunya
kurang setuju. Maklumlah dulu psikologi populernya mengurus orang gila. Keinginan
sang Ibu, ibu Septi kuliah kemudian bekerja sebagai PNS.
Saat impian sang Ibu terwujud, suaminya Ibu Septi malah
menyatakan, “Aku ingin anak-anakku dididik oleh Ibunya, bukan orang lain”. Ibu
Septi kemudian memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga, meski ibunya sempat
menangis dengan keputusannya.
Perjalanan waktu, Ibu Septi memutuskan untuk menjadi IBU
PROFESIONAL. Rumah adalah kantor dan laboratoriumnya. Beliau pun menetapkan jam
kerjanya 07.00 WIB hingga 14.00 WIB dan membuat kartu nama dengan jabatannya
sebagai Ibu Profesional. Penampilan di dalam rumah pun tak lagi daster atau
pakaian seadanya. Pola berpikir kemudian dirubah, di RUMAH harus tampil CANTIK
demikian pun di luar. Ucapan itu adalah tamparan pertama buat saya.
Tak cukup itu, Ibu Peni pun berburu ilmu. Beliau mendatangi
kampus UI tepatnya Fakultas Psikologi, mencari jadwal kuliah umum yang terbuka
dan gratis. Di akhir kuliah umum, saat semua mahasiswa keluar ruangan beliau
mendatangi dosen dan berkata,” Saya Septi Peni Wulandani seorang Ibu
Profesional, tertarik mendalami psikologi”. Itulah langkah awal Ibu Septi yang
memiliki tujuan hidup mencapai gelar tertinggi Almarhumah. Tujuan yang sering kita
lupakan #toyor diri sendiri.
Lantas bagaimanakah pola pendidikan dan pengasuhan Ibu Peni Septi Wulandani yang mensejahterakan anak-anaknya?. Cerita selanjutnya, saya posting di lain waktu ya..:D
Lantas bagaimanakah pola pendidikan dan pengasuhan Ibu Peni Septi Wulandani yang mensejahterakan anak-anaknya?. Cerita selanjutnya, saya posting di lain waktu ya..:D