Tema Presentasi |
Kemarin sampai mana ya? *langsung buka postingan. Jadi
setelah menceritakan langkah awal Ibu Septi menjadi Ibu Profesional, Ibu Septi
membuka Seminar dengan sebuah kabar baik.
Tahun 2020 GNP Indonesia diprediksikan 10.000 USD dan Tahun 2050, Indonesia diprediksikan akan menjadi negara maju lapis kedua. Karena itulah diperlukan akselerasi eunterpreuner dari 0, 2 menjadi 2% penduduk dan diperlukan 4 juta pemimpin bisnis 20-40 tahun ke depan.
Berangkat dari kabar itu, akan dimanakah posisi anak kita?
Jadi leader atau follower? Padahal sesuai firman QS 2 : 30 “Dan ingatlah (wahai Muhammad) ketika TUHANmu
berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi ini”. Artinya setiap dari kita adalah pemimpin.
Nah, untuk menjadi pemimpin, kemandirian mutlak diperlukan.
Sebagai umat muslim, kemandirian Nabi Muhammad yang menjadi teladan. Mari
disimak kemandirian Nabi Muhammad.
Wow, di usia 12 tahun Nabi Muhammad sudah mulai magang. Kita
masih memakai baju putih biru. Kalau di sini menjadi manajer paling cepat umur
30an, eh Nabi sudah menjadi manajer di usia 17 tahun. Kita mah masih galau aja.
Di usia 25 tahun kita baru belajar mencari duit, eh Nabi mah sudah jadi owner
aja.
Tabel Kemandirian |
Salah satu kemandirian yang diterapkan oleh Ibu Septi adalah
memberikan kebebasan kepada anak untuk makan sendiri sejak usia 1 tahun
*langsung tertampar lagi. Kenapa saya bilang kebebasan, karena berdasar
pengalaman saya, menjelang usia 1 tahun, anak ingin makan sendiri. Pegang
sendok sendiri, ubek-ubek makanan, memasukkan sendok dan makanan ke mulut
bahkan menyuapi emaknya *duh, rasanya gak enak banget tuh dipaksa disuapi anak.
Terus berjalan lancar? Jelaslah, Ibu Septi. Jelas
acak-acakan lah rumahnya. Anak 1 tahun gitu, gak mungkin diminta tertib dan
bersih. Tapi anak kan menjadi belajar mandiri. Hal yang ditekankan oleh Ibu
Septi adalah makan sebuah kebutuhan dan kalau kamu tidak bisa makan
sendiri, bagaimana kalau Ibu tidak ada atau mati?
Demikian juga dengan belajar, belajar itu adalah fitrah
anak. Hanya saja kita sebagai orang dewasa dengan sok tahu ingin memberikan
semua yang belum tentu dibutuhkan anak.
Ada 4 patokan dalam belajar yaitu : Intelelctual Curiosity
atau rasa ingin tahu yang luar biasa, Creative Imagination atau daya imajinasi
yang sangat tinggi, Art of Discovery atau seni untuk menemukan dan yang
terakhir Noble Attitude atau akhlak yang mulia. Nah, kalau keempat tidak ada
dalam proses belajar, artinya ada yang salah.
Selama 1 jam Ibu Septi bercerita, selama 1 jam saya terperangah.
Semacam takjub gitulah. Apalagi kalau mendengar kisah keberhasilan ketiga
anaknya. Enes yang di usia 18 tahun sudah lulus S1 dan pernah mendapatkan
penghargaan Young Changemaker Ashoka Foundation 2009. Dilanjut oleh Ara yang
masih menyelesaikan S1 dan meraih penghargaan ASHOKA Foundation USA serta Elan
usia 11 tahun yang baru saja menjadi notespeaker di Kyoto.
Fitrah Anak |
Usai tertampar berkali-kali, saya kemudian membuat janji,
seenggaknya saya harus melatih kemandirian Fatih mulai sekarang. Iya, Fatih
mulai belajar makan sendiri, dan berganti pakaian. Trus hasilnya gimana?
Hasilnya, tunggu postingan selanjutnya..hihihi.
Kalau masih dibawah 1 th blw sangat membantu kemandirian anak mb.
BalasHapusIya Mbak. Tapi saya belum berani blw. Masih takut tersedak dan yang paling ditakutkan kalau disalahin ma orang tua,,hihihi..
Hapusaku comot ya gambarnya pendidikan mas didik
BalasHapusini lagi masa belajar mandiri kalo 2 tahun setauku emang gitu...
Monggo..monggo..memang buat dibagikan kok
HapusThifa sih udah bisa makan sendiri terutama makanan yang disukainya, tapi kadang dia bar cepet aja sekalian kusuapin bareng Hana >.<
BalasHapusKadang aku juga gak sabar Mi. Kalau pas sadar, langsung istighfar. Sabar..sabar..anak memang butuh waktu yang lebih lama dan kita perlu menyediakan waktu yang lebih lama :)
Hapustertampar juga nih aku mbak, mbak makasih infonya, itu fitrah anak menambah wawasan saya
BalasHapusSebagai psikolog tamparannya keras banget Mbak :D
HapusMakasih sharingnya. Koreksi buat saya nih.
BalasHapusKalo soal mandiri sih anak-anak sejak kecil udah biasa, tapi kalo nyantrik di pesantren pada gak mau. Yo wes emaknya manut, tapi sekolah aku pilih yang islam terpadu biar dapat pelajaran akhlak di sekolah dan di rumah juga.
BalasHapusNyantrik gak harus di pesantren Mbak. Daku sih pengen tiru-tiru gitu, meski gak bisa 100%
Hapusanak bu septi keren-keren ya mba, pernah datang pas seminar enes. Alde juga mau kuajarin mandiri nih mba protes dia pengen makan dan mandi sendiri hehe..emaknya kadang pengen cepat kelar, padahal dah mo 5 tahun hiks...
BalasHapusIya Mbak. Kita aja yang suka gak sabar. Mereka hanya butuh diberi kebebasan :(
HapusUntuk anak-anak berusaha selalu do the best n sabaar, termasuk rumah acak adut, berantakan sana sini...siapin mental nahan emosi..namanya anak2 hehehe
BalasHapusWah... ilmu baru ini. Kudu belajar banyaaaak....
BalasHapusAduh mbak, kenapa sepotong-sepotong ini ceritanya? Bikin penasaran aja :) karena aku tertampar juga.
BalasHapusAyo ditunggu yah tamparan part 3 nya!
Berhubung belum punya anak (masih single), jadinya cuman bisa diinget dulu. Memang cara mendidik anak dari kecil itu juga penting yaa, untuk pertumbuhannya nanti sampai dewasa. :)
BalasHapusItulah Mbak Rizki kenapa Ibu Septi tidak memasukkan anak2 mereka ke sekolah formal, Bu Septi dan Pak Dodik Mariyanto adalah praktisi home education based talent. Kemaren ada lomba buat esai pendidikan dari KBRI India, tema home education with maestro aku jadikan bahan tulisan saya.
BalasHapusdan 4 hal yg disebutkan di atas kurang dikembangkan dlm kurikulum pendidikan nasional yg menurut sya msh mengejar output berupa capaian prestasi akademik seperti nilai bagus, juara kelas, tidak tinggal kelas, lulus UN dsb. Apa itu salah. Tidak salah memang.
Tapi alangkah baiknya jika pengembangan karakter.
Saya setuju dengan 4 patokan dalam belajar yaitu : Intelelctual Curiosity atau rasa ingin tahu yang luar biasa, Creative Imagination atau daya imajinasi yang sangat tinggi, Art of Discovery atau seni untuk menemukan dan yang terakhir Noble Attitude atau akhlak yang mulia. Ini yg perlu dikembangkan dalam pendidikan rumah.
Makasih Mbak sharingnya :D
Tambahan : tapi alangkah baiknya jika pengembangan karakter diberdayakan, hal ini menyangkut bagaimana mengenal diri dan mengaktualisasi diri berdasarkan minat dan bakat. Maaf tadi kelewatan saya tulis :D
BalasHapuskiat-kiatnya sih bagus, untuk HS nya sendiri tidak semua orang mampu melakukan, dan anak akan kehilangan satu hal : sosialisasi dan kenangan indah bersekolah...keputusan masing2,.tetapi untuk kiat2 diatas bisa dipraktekkan oleh anak sekolah biasa....
BalasHapus