Tanggal merah di bulan Desember tahun ini sungguh mengasikan. Gimana tidak, 2 kali libur di hari Senin. Ditambah ada cuti bersama ditanggal 26. Sungguh menggoda.
Termasuk saya tergoda untuk memanfaatkan libur 25 dan 26 untuk menawari Fatih khitan di Jum’at malam atau malam Sabtu. Perhitungan saya, Sabtu dan Minggu Ayah libur. Sedang saya, hari Minggu, Senin dan Selasa libur. Total waktu saya dan suami menemani Fatih bisa 4 hari.
Makanya, saat tema arisan blog Gandjel Rel ke 18 Liburan Akhir Tahun, saya agak speechless. Lah wong tidak merencanakan liburan dan hingga saat ini, liburannya masih di rumah. Tapi yo rak opo-opo. Mari bercerita apa adanya buat Mbak Uniek dan Mbak Novia Domi.
Lebih Awal Lebih Baik
Salah satu efek menonton Upin Upin, saya tidak perlu memperkenalkan tentang khitan secara langsung. Beberapa kali Fatih sempat menyebut soal khitan dengan kata sunat.
Awalnya sih gara-gara dia salah menggunakan kata sunat untk aktifitas imunisasi. Usai percakapan itu, saya jadi kepikiran untuk menawarkan Fatih khitan.
Singkat cerita, akhirnya Fatih mau dengan beli sepeda sebagai kompensasi. Sudah lama dia memang minta belikan sepeda baru, karena sepedanya yang lama sudah kecil.
Saya pikir lebih awal lebih baik. Mumpung mau dan belum teracuni dengan gambaran khitan yang menyeramkan. Lagian Fatih bermasalah dengan lubang pipis. Lubang pipisnya kecil, mungkin solusinya dengan khitan.
11 12 Dengan Mama
Setelah Fatih mau, saya segera cari informasi tempat khitan ke beberapa teman kantor yang anaknya sudah dikhitan. Setelah mantap dengan dokter Kamal di daerah Peganjaran, saya ajak suami plus duo F untuk daftar Jum’at malam.
Sehari sebelumnya, teman kantor sempat colek saya dalam video yang dia share. Video tentang ketakutan anak saat dikhitan. Saya sih cuma mesem saja. Yah, saya sudah siap kalau Fatih melarikan diri saat khitan. Saya sudah menyiapkan suami untuk mendampingi Fatih selama khitan..hahaha.
Iya lah, kalau urusan begini memang wilayahnya Ayah termasuk saat anak imunisasi dan Fatih operasi Hernia. Saya cemen lah urusan begini. Bisa nangis lihat anak disuntik. Wong, saya saja takut jarum suntik.
Seperti yang sudah saya dan suami duga, Fatih berani di awal, begitu suntik bius dia langsung teriak dengan keras. Padalah pas imunisasi cuma mengernyitkan kening.
Usai suntik bius lokal, dia keluar ruangan dan menunggu sekitar 15 menit agar bius mulai bekerja. Selama jeda dokter mengobrol dengan suami yang ternyata masih ada hubungan keluarga. Sepupu 3x lah sama pak dokter.
Masuk kembali ke ruang dokter untuk tindakan, jeritan Fatih terdengar lebih panjang. Padahal ya sudah dibius, mestinya tidak sakit kan. Tapi saya maklum, 11 12 lah sama saya, yang saat operasi sesar teriak-teriak hanya untuk melampiaskan ketegangan...hahahaha...
Keluar dari ruangan terbukti, Fatih tidak lagi menangis dan masih bisa pakai celana dalam. Jalannya juga biasa saja. Efek obat biusnya masih ada.
Masa Pemulihan
Sesampainya di rumah, Fatih mengganti sarung dengan celana dalam. Tapi tengah malam, dia mulai mengaduh kesakitan. Rupanya efek obat bius habis dan saya mengganti celana dalam dan celana panjang dengan sarung. Sepanjang malam Fatih menekuk kakinya dan berakhir dengan sarung tersingkap hingga ke perut, terbuka deh semuanya.
Keesokan hari, dia sama sekali tidak mau terkena air dan memilih memakai sarung hingga saat ini. Senin pagi sudah kontrol dan perban dibuka. Perawat memberi salep dan obat untuk dipakai di rumah. Sayangnya Fatih hanya mau pakai salep saat sudah tidur. Biar tidak terasa sakit, alasannya.
Hal yang menyenangkan buat Fatih sih, dapat amplop banyak. Bisa buat beli sepeda dan mainan. Mamanya gak perlu keluar uang lagi..hihihi. Untuk khitan, berulang kali dia megucapkan sugesti kalau khitan untuk kesehatan dan kebersihan, persis dengan doktrim Mamahnya..hihihi.
Alhamdulillah liburan akhir tahun ini bisa dimanfaatin untuk khitanan Fatih, meski tanpa kemeriahan apapun. Saya memang tidak mengadakan pesta khitan, karena saya baca tidak ada tuntunannya plus dana digunakan untuk biaya sekolah dasar Fatih.
Mudah-mudahan menjelang tahun baru, Fatih sudah bisa pakai celana dalam dan celana panjang supaya bisa liburan tipis-tipis. Saya sudah gak sanggup kalau ngendon di rumah. Mama butuh liburan....
Termasuk saya tergoda untuk memanfaatkan libur 25 dan 26 untuk menawari Fatih khitan di Jum’at malam atau malam Sabtu. Perhitungan saya, Sabtu dan Minggu Ayah libur. Sedang saya, hari Minggu, Senin dan Selasa libur. Total waktu saya dan suami menemani Fatih bisa 4 hari.
Makanya, saat tema arisan blog Gandjel Rel ke 18 Liburan Akhir Tahun, saya agak speechless. Lah wong tidak merencanakan liburan dan hingga saat ini, liburannya masih di rumah. Tapi yo rak opo-opo. Mari bercerita apa adanya buat Mbak Uniek dan Mbak Novia Domi.
Lebih Awal Lebih Baik
Salah satu efek menonton Upin Upin, saya tidak perlu memperkenalkan tentang khitan secara langsung. Beberapa kali Fatih sempat menyebut soal khitan dengan kata sunat.
Awalnya sih gara-gara dia salah menggunakan kata sunat untk aktifitas imunisasi. Usai percakapan itu, saya jadi kepikiran untuk menawarkan Fatih khitan.
Singkat cerita, akhirnya Fatih mau dengan beli sepeda sebagai kompensasi. Sudah lama dia memang minta belikan sepeda baru, karena sepedanya yang lama sudah kecil.
Saya pikir lebih awal lebih baik. Mumpung mau dan belum teracuni dengan gambaran khitan yang menyeramkan. Lagian Fatih bermasalah dengan lubang pipis. Lubang pipisnya kecil, mungkin solusinya dengan khitan.
11 12 Dengan Mama
Setelah Fatih mau, saya segera cari informasi tempat khitan ke beberapa teman kantor yang anaknya sudah dikhitan. Setelah mantap dengan dokter Kamal di daerah Peganjaran, saya ajak suami plus duo F untuk daftar Jum’at malam.
Sehari sebelumnya, teman kantor sempat colek saya dalam video yang dia share. Video tentang ketakutan anak saat dikhitan. Saya sih cuma mesem saja. Yah, saya sudah siap kalau Fatih melarikan diri saat khitan. Saya sudah menyiapkan suami untuk mendampingi Fatih selama khitan..hahaha.
Iya lah, kalau urusan begini memang wilayahnya Ayah termasuk saat anak imunisasi dan Fatih operasi Hernia. Saya cemen lah urusan begini. Bisa nangis lihat anak disuntik. Wong, saya saja takut jarum suntik.
Seperti yang sudah saya dan suami duga, Fatih berani di awal, begitu suntik bius dia langsung teriak dengan keras. Padalah pas imunisasi cuma mengernyitkan kening.
Usai suntik bius lokal, dia keluar ruangan dan menunggu sekitar 15 menit agar bius mulai bekerja. Selama jeda dokter mengobrol dengan suami yang ternyata masih ada hubungan keluarga. Sepupu 3x lah sama pak dokter.
Masuk kembali ke ruang dokter untuk tindakan, jeritan Fatih terdengar lebih panjang. Padahal ya sudah dibius, mestinya tidak sakit kan. Tapi saya maklum, 11 12 lah sama saya, yang saat operasi sesar teriak-teriak hanya untuk melampiaskan ketegangan...hahahaha...
Keluar dari ruangan terbukti, Fatih tidak lagi menangis dan masih bisa pakai celana dalam. Jalannya juga biasa saja. Efek obat biusnya masih ada.
Masa Pemulihan
Sesampainya di rumah, Fatih mengganti sarung dengan celana dalam. Tapi tengah malam, dia mulai mengaduh kesakitan. Rupanya efek obat bius habis dan saya mengganti celana dalam dan celana panjang dengan sarung. Sepanjang malam Fatih menekuk kakinya dan berakhir dengan sarung tersingkap hingga ke perut, terbuka deh semuanya.
Keesokan hari, dia sama sekali tidak mau terkena air dan memilih memakai sarung hingga saat ini. Senin pagi sudah kontrol dan perban dibuka. Perawat memberi salep dan obat untuk dipakai di rumah. Sayangnya Fatih hanya mau pakai salep saat sudah tidur. Biar tidak terasa sakit, alasannya.
Hal yang menyenangkan buat Fatih sih, dapat amplop banyak. Bisa buat beli sepeda dan mainan. Mamanya gak perlu keluar uang lagi..hihihi. Untuk khitan, berulang kali dia megucapkan sugesti kalau khitan untuk kesehatan dan kebersihan, persis dengan doktrim Mamahnya..hihihi.
Alhamdulillah liburan akhir tahun ini bisa dimanfaatin untuk khitanan Fatih, meski tanpa kemeriahan apapun. Saya memang tidak mengadakan pesta khitan, karena saya baca tidak ada tuntunannya plus dana digunakan untuk biaya sekolah dasar Fatih.
Mudah-mudahan menjelang tahun baru, Fatih sudah bisa pakai celana dalam dan celana panjang supaya bisa liburan tipis-tipis. Saya sudah gak sanggup kalau ngendon di rumah. Mama butuh liburan....